Apa Itu Konsumerisme – Kamu setuju nggak, sih, kalau di era digital saat ini banyak budaya gaya hidup baru yang timbul di masyarakat? Nah, salah satunya adalah budaya konsumerisme. Apabila seseorang terlihat boros dan suka membeli hal yang tidak penting, maka bisa jadi ia memiliki sifat konsumtif.
Whizmate, kamu sudah tahu belum apa itu konsumerisme? Kalau belum, simak penjelasan mengenai definisi konsumerisme, penyebab, dampak, dan cara mengatasinya berikut ini, yuk!
Baca juga: Apa Itu Pengangguran? Yuk Cari Tahu Di Sini!
Apa Itu Konsumerisme?
Collin Campbell berpendapat bahwa konsumerisme merupakan kondisi sosial yang mana konsumsi itu menjadi pusat kehidupan banyak orang. Bahkan, bagi para konsumerisme, konsumsi itu adalah tujuan dari hidup mereka. Ketika hal itu sudah benar-benar melekat, maka segala kegiatan kita hanya fokus pada pemenuhan konsumsi saja.
Menurut Sosiolog Jean Baudrillard, konsumerisme merupakan suatu budaya konsumsi yang memiliki hasrat untuk selalu mengonsumsi sesuatu secara terus menerus. Jadi, nggak usah heran lagi, ya, kalau konsumerisme itu identik dengan hedon, boros, dan glamor.
Baudrillard juga menambahkan teori konsumerisme bahwa kebanyakan dari para konsumerisme bukan karena untuk memenuhi kebutuhannya. Seseorang menunjukkan konsumerismenya karena ingin menunjukkan pula status sosialnya.
Konsumerisme sudah menjadi paham atau aliran yang memengaruhi perilaku manusia untuk menjadi konsumen secara berlebihan tanpa melihat nilai guna dari sesuatu yang mereka beli.
Konsumerisme juga bisa dikatakan sebagai orang-orang yang tidak selektif. Selektif di sini maksudnya adalah seseorang bisa memilih sesuatu yang menjadi prioritasnya, tetapi untuk para konsumerisme tidak bisa. Oleh karena itu, mereka bukanlah orang-orang yang selektif dalam hal membeli sesuatu.
Mereka cenderung tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Hayo, kira-kira dari penjelasan ini, apakah kamu termasuk konsumerisme atau bukan, nih? Nah, kira-kira kalau sudah terjebak dalam konsumerisme, apa penyebabnya, ya?
Penyebab Konsumerisme
Menjadi konsumerisme tentu ada faktor pendorongnya sehingga seseorang bisa seperti itu. Nah, ini dia beberapa penyebabnya:
1. Globalisasi
Di era globalisasi saat ini, banyak produk atau toko yang ditawarkan melalui media online. Dengan begitu, seseorang bisa dengan mudah dan efektif berbelanja dari rumah menggunakan smartphone, bahkan sambil berleha-leha. Faktor inilah yang membuat seseorang mudah tergiur dengan apa yang ditawarkan di media.
Dengan begitu, tak jarang banyak orang yang langsung memutuskan untuk selalu membeli sesuatu yang sedang tren atau yang lucu dan unik.
2. Budaya
Selain media yang berkembang pesat, budaya juga menjadi faktor pendorong konsumerisme, lho. Salah satunya adalah budaya pop untuk menyebarkan tren. Inilah alasannya banyak merek-merek yang bekerja sama dengan para ifluencer untuk mempromosikan dan menarik perhatian audiens.
3. Tersedianya Diskon atau Promo
Banyaknya diskon ataupun promo yang disajikan pada e-commerce membuat seseorang menjadi konsumerisme. Biasanya diskon yang disajikan bermacam-macam, lho, seperti cashback, potongan harga, gratis ongkir, atau beli satu gratis satu (buy one get one).
Banyak orang yang tidak bisa mengontrol akan hal itu. Jadi, tanpa tersadari mereka sudah terjebak pada konsumerisme. Cara menghadapinya yang utama adalah dengan menahan hasrat untuk tidak membelinya. Tanamkan di dirimu kalau tindakan seperti itu hanya akan membuatmu boros dan menguras kantongmu.
Dampak Konsumerisme
Memangnya kenapa sih kalo kita jadi orang yang konsumtif? Eits, menjadi konsumtif ternyata memiliki beberapa dampak yang perlu kamu waspadai, lho. Terdapat dua dampak yang muncul dari komsumerisme, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Yuk, simak penjelasannya.
Dampak Positif
- Menciptakan motivasi diri agar selalu bekerja keras untuk membeli sesuatu yang diinginkan.
- Menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas.
- Menambah pendapatan untuk para penjual.
Dampak Negatif
- Tidak dapat mengatur keuangan dengan baik.
- Adanya kesenjangan sosial.
- Cenderung tidak memikirkan dampak jangka panjang.
- Menimbulkan rasa tidak puas.
- Berpotensi untuk melakukan utang-piutang.
- Dapat menimbulkan stres karena tidak bisa memenuhi keinginan semata.
Namun, jangan khawatir, ya, kalau kamu erasa sudah terjebak dalam konsumerisme, kamu bisa mengatasinya dengan cara sebagai berikut.
Cara Mengatasi Konsumerisme
1. Jangan Selalu Mengikuti Tren
Jangan selalu mengikuti egomu hanya untuk mengikuti tren saja, ya. Mungkin memang sesuatu yang kamu beli memiliki manfaat, tetapi coba dipertimbangkan kembali, apakah itu yang menjadi prioritasmu?
Stop untuk selalu mengikuti tren yang ada, ya, karena tren selalu berkembang dan harus dihadapi dengan bijak. Kalau kamu selalu mengikutinya, tentu lama kelamaan kondisi finansialmu juga akan terganggu, lho!
2. Bijak dalam Membeli Sesuatu
Hanya karena mengikuti tren, banyak orang di luar sana yang sebenarnya tidak mengetahui dampak signifikan terhadap sesuatu yang dibelinya. Untuk itu, kamu tidak boleh asal membeli sesuatu saja, ya. Hal ini karena akan membuatmu menyesal di kemudian hari.
Mulai sekarang cobalah lebih bijak dalam membeli barang. Jangan tergesa-gesa dan ingat, masih banyak kebutuhan lain yang lebih penting, lho. Bisa juga uangnya kamu gunakan untuk menabung ataupun berinvestasi. Daripada menerapkan gaya hidup konsumerisme, mendingan kamu mengelola keuangan dengan baik.
3. Tetapkan Prinsip yang Kuat
Dalam kondisi seperti ini kamu wajib menerapkan prinsip yang kuat. Salah satunya dengan berpikir bahwa barang-barang mewah tidak selalu membuat bahagia dan tidak selalu menguntungkan. Hal ini karena terkadang orang-orang berpikir bahwa barang mewah membuat hidup dan kualitasnya meningkat. Padahal, belum tentu, ya.
Gaya hidup konsumerisme hanya menimbulkan kebahagiaan sesaat. Bergayalah sesuai dengan kemampuan finansialmu dan jangan memaksakan keadaan.
4. Selektif dalam Membeli
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa kamu harus pintar-pintar dalam membeli sesuatu. Pikirkan juga apakah sesuatu yang ingin kamu beli memiliki efek jangka panjang atau tidak. Pokoknya sebelum membeli sesuatu, telusuri lebih jauh kualitasnya, ya.
Kamu juga tidak perlu membeli barang mewah, barang yang sederhana dengan kualitas menjanjikan akan lebih memberimu keuntungan, lho.
5. Mengunjungi Pusat Perbelanjaan Seperlunya
Mengunjungi pusat perbelanjaan untuk refreshing adalah hal yang wajar. Meskipun demikian, kamu juga harus bisa mengontrol dirimu agar tidak tergiur dengan sesuatu yang menarik.
Nah, untuk itu disarankan ketika ingin refreshing hendaknya pergi ke destinasi wisata lain yang lebih terjangkau. Sebaiknya, pergi ke pusat perbelanjaan jika memang mengharuskanmu untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan saja.
6. Kurangi atau Hindari Pemakaian Kartu Kredit
Sebenarnya boleh-boleh saja jika kamu memiliki kartu kredit, tetapi kamu harus bijak juga dalam menggunakannya, ya. Jangan sampai kartu kredit mendorongmu untuk bersikap boros, tetapi malah membuatmu banyak tagihan di akhir bulan.
Yap, intinya sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, gunakan kartu kredit untuk hal-hal yang dirasa sangat penting dan memiliki urgensi tinggi.
7. Belajar Mengelola Keuangan
Solusi yang terakhir agar bisa terlepas dari gaya hidup konsumerisme adalah dengan belajar mengelola keuangan. Hal ini karena orang-orang yang sudah terbiasa mengelola keuangan akan berpikir dua kali sebelum membeli sesuatu.
Saat ini sudah banyak aplikasi keuangan yang bisa membantumu dalam mengelola keuangan. Cobalah gunakan aplikasi keuangan Whiz. Aplikasi ini sangat cocok buat kamu para pemula yang baru ingin mengelola keuangan. Hal ini karena fitur yang disajikan sangat mudah.
Aplikasi keuangan Whiz juga tersedia untuk dewasa dan anak-anak. Banyak juga keuntungan yang bisa kamu dapatkan. Wah, menarik, ya! Yuk, gunakan sekarang.
Baca juga: Ini Dia, 7 Pekerjaan Yang Menghasilkan Banyak Uang
Cukup sekian, ya, semoga kamu dapat memahami apa itu konsumerisme dengan tepat. Semoga artikel ini juga bisa membantu kamu untuk menghindari gaya hidup tersebut, ya.
Yuk, ubah kebiasaan konsumtifmu dengan menata kembali finansialmu. Tentunya cara paling mudah yang bisa kamu lakukan untuk mulai belajar finansial adalah dengan menggunakan Aplikasi Keuangan Whiz. Whiz merupakan aplikasi keuangan anak muda dan keluarga yang mudah sekali digunakan. Kamu bisa mencatat pengeluaran dan bertransaksi dengan menggunakan Whiz.
AYO DOWNLOAD APLIKASI WHIZ DAN RASAKAN LANGSUNG KEMUDAHAN FINANSIALMU
Komentar