Hustle Culture – Apakah kamu masih asing dengan istilah hustle culture? Apa, sih, hustle culture itu? Nah, menurut Setyawati, selaku pakar psikolog, hustle culture merupakan suatu budaya yang mendorong seseorang menjadi gila kerja atau workaholism.
Lebih lanjutnya kamu juga harus tahu, nih, kalau budaya tersebut juga diartikan sebagai keadaan seseorang yang bekerja terlalu keras sehingga melampaui batas kemampuan. Pada akhirnya pun keadaan tersebut tumbuh menjadi gaya hidup. Istilahnya, nih, tiada hari tanpa bekerja sehingga nggak ada waktu untuk diri sendiri.
Nah, sesuatu yang berlebihan itu ternyata nggak baik, lho. Oleh karena itu, hustle culture memiliki beberapa dampak negatif, nih. Yuk, simak. Whizmin juga mau memberikan tips juga agar kamu terhindar dari kondisi ini, lho!
Baca juga: 3M di Umur 30 tahun: Memang Perlu?
Dampak Negatif Hustle Culture
1. Kesehatan Mental dan Fisik Terganggu
Ternyata bukan pilihan yang tepat jika kamu memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya. Kalau kamu masih mengikuti hustle culture ini, maka siap-siap, ya, kalau kesehatan fisik dan mentalmu akan terganggu. Fisikmu bisa saja drop (sakit) secara tiba-tiba karena kelalaianmu dalam hidup sehat.
Selain gampang sakit, kamu juga jadi gampang stres, lho, kalau terlalu memaksakan diri bekerja keras. Nah, kalau tiba-tiba kesehatan fisik dan mentalmu sama-sama sedang tidak sehat, ini akan merembet ke hal lainnya. Bahkan, bisa juga kamu jadi merugikaan orang-orang di sekitarmu.
Alih-alih mempercepat pekerjaan agar tujuan juga tercapai, tetapi memaksakan diri di luar batas kemampuanmu juga berpotensi tinggi menghambat tujuanmu.
Nah, jadi kamu pun harus ingat bahwa tubuhmu bukanlah robot yang selalu sigap dan siap kapan pun. Bahkan, robot saja bisa tiba-tiba mati kalau baterainya sudah habis. Istirahatkan dirimu ketika sudah merasa lelah, ya.
2. Tidak Punya Work Life Balance
Kalau kamu mengikuti hustle culture, sepanjang harimu hanya diisi dengan kerja, kerja, dan kerja. Padahal, antara kerja dan kegiatan lainnya pun harus kamu lakukan dengan seimbang. Misalnya, dalam satu hari kamu juga harus menjaga kesehatan dengan berolah raga atau melakukan hobi lainnya.
Nah, kondisi ini membuatmu tidak punya work life balance atau kehidupan yang seimbang. Ingat, ya, dalam menjalani kehidupan sehari-hari kamu pun perlu untuk bersantai dengan dirimu sendiri atau bahkan bercengkerama dengan orang-orang sekitar. Jadi, jangan melakukan pekerjaanmu saja, ya.
3. Memicu Lingkungan Kerja yang Toxic
Apakah kamu tahu bahwa hustle culture ini bisa menciptakan lingkungan kerja yang toxic? Yup, karena budaya ini memberikan dorongan kepadamu agar bekerja secara terus-menerus melebihi apa yang orang lain kerjakan.
Nah, ketika para pekerja selalu memiliki ambisi yang kuat untuk mencapai tujuan, maka sebenarnya kompetisi yang tidak sehat itu akan berpotensi tinggi untuk muncul. Lingkungan kerjamu bisa saja menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Wah, jangan sampai kamu seperti ini, ya!
4. Produktivitas Menurun
Kamu jangan sampai tertipu, nih. Terkadang, hustle culture memberikan ilusi kepada kamu bahwa semakin kamu giat bekerja maka semakin produktif kamu. Namun, nyatanya tidak, ya!
Pikiran yang digunakan untuk selalu berpikir dan bekerja akan memicu kamu stres. Nah, stres yang berkepanjangan ini membuatmu burnout sehingga semangatmu untuk bekerja jadi turun. Dengan begitu, ini membuat produktivitasmu pasti menurun juga, kan?
5. Kuantitas dan Kualitas Diri Tidak Seimbang
Coba kamu bayangkan, betapa lelahnya dirimu jika harus bekerja nonstop? Bukankah kondisi seperti ini bisa memengaruhi kualitas kerjamu?
Nah, hustle culture ini sangat condong untuk mengarahkan kamu pada segi kuantitas (menyelesaikan pekerjaan dengan cepat) saja, lho. Namun, sangatlah sia-sia jika kamu sudah gesit dalam mengerjakan pekerjaan tetapi nyatanya mengabaikan makna pekerjaan kamu itu sendiri.
Nah, dari situ terlihat bahwa kualitas dirimu lebih minim dibandingkan kuantitas sehingga budaya ini menjadikan kuantitas dan kualitas dirimu nggak seimbang.
Cara Terhindar dari Toxic Hustle Culture
Dilansir dari forbes.com, berikut beberapa cara agar terhindar dari hustle culture. Yuk, simak!
1. Ubah Mindset tentang Kesuksesan
Kapan terakhir kali kamu berpikir bahwa apa sebenarnya yang dimaksud dengan sukses? Nah, salah satu jebakan terbesar dalam hustle culture adalah mengejar apa yang dianggap “benar” oleh orang lain.
Untuk itu, coba kamu renungkan pertanyaan di bawah ini:
Bagaimana, sih, kesuksesan menurut kamu? Bukan apa yang diharapkan dari orang tua, pasangan, atau teman, tetapi apa yang kamu anggap sukses? Ini bisa bermakna kebebasan untuk mengatur jadwalmu sendiri, mandiri dalam finansial, atau berada di rumah untuk makan dan bersantai setiap malam, lho.
Coba kamu renungkan dengan lama, deh. Dengan melakukan beberapa hal tersebut, hidupmu akan lebih tenang dan tidak melulu soal pekerjaan, lho.
Sebenarnya, yang paling sederhana dari makna sukses itu sendiri adalah ketika kamu berhasil membuat dirimu senang dengan apa yang sedang atau telah dilakukan. Jadi, sukses itu nggak semata kamu selalu berhasil dalam menggapai tujuan, ya.
2. Dilarang Membandingkan Diri
Pada hakikatnya, setiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap orang pun memiliki kemampuannya masing-masing yang tentu berbeda dengan orang lain. Nah, tetapi karena perbedaan itu sering kali dirimu merasa kurang dan malah jadi membandingkannya dengan orang lain.
Agar nggak terus-menerus seperti itu, cobalah untuk selalu bersyukur dengan apa yang kamu capai dan miliki, ya. Intinya, berhenti membanding-bandingkan dirimu karena hal inilah yang membuat kamu selalu merasa kurang terhadap diri sendiri.
3. Tetapkan Batasan yang Jelas
Bagi kebanyakan, hustle culture terlihat seperti “aktif”. Per hari, per minggu, ataupun per tahun, membalas e-mail, melakukan panggilan telepon setiap saat, yang padahal mungkin saja itu bukan kerjaan kamu. Pekerjaanmu adalah sebagian kecil dari siapa kamu.
Walaupun kamu memegang lima sampai sembilan pekerjaan, kamu tetap membutuhkan waktu untuk istirahat, ya. Ibaratkan saja seperti layaknya atlet marathon yang membutuhkan tidur yang cukup sebelum memulai marathonnya.
Badan, pikiran, serta mentalmu butuh untuk recharge agar menjadikanmu lebih baik lagi di hari berikutnya. Ada beberapa hal yang mungkin saja perlu kamu lakukan untuk mengawali dan mengakhiri hari. Nah, ritual ini bisa memberi ruang untuk otakmu agar bisa membedakan antara pekerjaan dan waktu pribadi.
Jadi, membuat batasan-batasan itu penting, ya, agar kamu nggak terlarut dalam pekerjaan saja sehingga menjerumuskanmu pada budaya ini.
4. Prioritasi Kesehatan Diri
Kamu harus selalu ingat, ya, bahwa kesehatan diri adalah hal yang nomor satu. Bekerja sewajarnya saja dan berikan waktu luang untuk dirimu beristirahat. Jangan sampai kesehatan fisik terbengkalai karena kamu hanya memikirkan pekerjaan semata.
5. Evaluasi Kebiasaan
Pasti kamu pernah membaca setidaknya satu kali bahwa istilah rahasia sukses adalah bangun lebih awal. Namun, sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang menjadi patokan untuk sukses, ya. Mengapa begitu, ya? Karena kebiasaan setiap orang berbeda-beda.
Meskipun pagi hari bisa menjadi waktu kreatif utama bagi sebagian orang, kamu mungkin saja bekerja lebih propernya di malam hari. Sebenarnya memang tidak ada jadwal harian yang bisa mendorong kamu menuju kesuksesan. Hanya dirimu yang bisa menentukan kapan kamu harus berpikir dan bertindak.
Jadi, coba renungkan apakah hal-hal yang kamu lakukan bisa menjadikanmu lebih dekat kepada apa yang kamu inginkan dan rasakan.
Kita sering terjebak dalam pemikiran bahwa hidup akan dimulai ketika kita mengisi kekosongan dengan pencapaian di masa depan. Padahal, itu argumen seseorang yang belum tentu sebenarnya kamu sependapat dengan mereka.
Jika kamu terus mengikuti pendapat atau kebiasaan orang lain tentang kebiasaan menuju kesuksesan, berhentilah. Coba lakukan evaluasi terhadap dirimu. Lalu coba, deh, lakukan suatu kegiatan yang bisa membuatmu menemukan jalan kesuksesanmu sendiri.
Nah, jadi kesimpulannya, evaluasilah kebiasaanmu yang selalu terpaku dan mengiyakan pendapat orang secara begitu saja. Padahal, hal itu belum tentu sesuai dengan minat dan kemampuan dirimu. Biarkan dirimu berpikir bebas dan jangan memaksakan sesuatu, ya!
Baca juga: Ingin Mewujudkan Impian? Begini Caranya!
Nah, bagaimana? Sekarang sudah paham, kan, apa itu hustle culture, dampak negatif, serta cara menghindarinya? Semoga penjelasan Whizmin bermanfaat untuk kamu, ya!
Oh, ya, jangan lupa untuk gunakan aplikasi keuangan Whiz, ya, karena banyak sekali manfaat yang bisa kamu rasakan, lho! Mulai dari fitur-fiturnya yang lengkap hingga pelayanan aplikasinya yang memuaskan sehingga bisa membantumu mengatur keuangan dengan maksimal. Menarik, ya!
AYO DOWNLOAD APLIKASI WHIZ DAN RASAKAN LANGSUNG KEMUDAHAN FINANSIALMU
Komentar